Curah hujan yang sangat tinggi akhir-akhir ini tidak menyurutkan
semangat jalan-jalan. Itulah yang aku rasakan. Aku dan suami, Sutedja Eddy
Saputra memutuskan untuk bergabung di acara Motor Besar Club (MBC) Bogor bertema
“ MBC Goes to Carita” tanggal 18-19 Januari 2014 lalu.
Beberapa hari sebelum berangkat, anggota
MBC yang akan mengikuti touring ini mentransfer sejumlah dana kepada panitia untuk
biaya penginapan, makan, acara ramah-tamah, pengawalan dan penyediaan mobil
storing. Hal ini diperlukan untuk menjamin kelancaran berlangsungnya touring.
Pada hari Sabtu 18 Januari 2014
jam 6.30 WIB, seluruh peserta berkumpul di Teras Yasmin, Bogor. Selain dari MBC
Bogor, ada sekitar 10 anggota MBC Jakarta yang ikut bergabung. Jumlah peserta
yang mendaftar ada 50, tetapi yang hadir
ada 44 motor besar dengan berbagai merk dan tipe. Namun jumlah ini termasuk
besar untuk touring yang direncanakan dalam waktu singkat.
Setelah semua anggota berkumpul, Ketua
MBC Bogor, Pak Ricky, memberikan pengarahan tentang safety riding dan
mengingatkan para biker dalam mengendarai motor besarnya untuk tetap mematuhi
peraturan lalu lintas. Beliau juga menyebutkan beberapa tempat dimana rombongan
akan berhenti untuk beristirahat. Pengarahan ditutup dengan doa bersama memohon
kelancaran dan perlindungan Tuhan.
Lalu para biker segera menyusun
barisan, dan berangkat menuju pantai Carita. Dari Teras Yasmin- Bogor rombongan
bergerak dengan rute menuju Dramaga, Cibungbulan, lalu berhenti di Leuwiliang
untuk menikmati sarapan gratis dari Pak Iman, salah satu anggota MBC Bogor.
Menunya nasi putih, tempe goreng, ayam goreng, sop hangat, sambal dan
kerupuk. Setelah ngobrol sebentar sambil
minum kopi panas, rombongan kembali melanjutkan perjalanan.
Pemandangan indah disepanjang
jalan berupa bukit-bukit hijau, persawahan yang ditata dengan sistem
terasering, jurang, sungai dan pepohonan sangat memanjakan mata. Meskipun ada
beberapa tempat yang dihiasi kabut tapi hal ini malah menambah kecantikan alam. Aku benar-benar menikmati setiap detik perjalanan, setiap kelokan jalan yang
membuat tubuh kami mengikuti kemiringan kendaraan, tanjakan dan turunan yang mengayun, dan hujan
yang terus mengguyur mengantarkan udara
dingin dan suasana syahdu.
Sesekali ada juga “adegan” yang membuat jantung berdebar-debar. Misalnya saja
tiba-tiba serombongan kerbau bertubuh gemuk dan berlumur lumpur berjalan beriringan muncul dari belokan jalan.
Untunglah peserta touring cukup cermat mengontrol laju kendaraan hingga tidak
menabrak rombongan kerbau itu.
Setelah melewati Jasinga, tiba di Rangkasbitung rombongan kembali
berhenti untuk makan siang. Kali ini makan gratis juga, dijamu oleh Pak Didi,
anggota MBC Serang. Menunya ayam goreng dan ikan pepes. Asyiik! Rasa
persaudaraan antara anggota MBC seringkali diwujudkan dengan menjamu anggota
yang sedang mengadakan touring.
Setelah makan dan shalat Dzuhur, kami bergerak
lagi menuju Pandeglang, Labuhan, dan akhirnya tiba di Pantai Carita. Di jalur itu
ada beberapa titik dimana kondisi jalan berlubang. Para biker harus
berkonsentrasi penuh untuk menghindari jalan-jalan berlubang. Kecepatan dan
jarak kendaraan pun diatur sedemikian rupa agar tetap aman meluncur di atas
aspal yang basah dan licin akibat hujan yang turun terus menerus. Di jalan raya
Labuhan dekat penginapan terdapat jalan yang berlubang-lubang. Di lubang yang
tergenang air itu penduduk “menanam” pohon pisang yang ditempeli tulisan
bernada protes menyuarakan jeritan hati rakyat Banten akan kondisi jalan yang
buruk dan tidak kunjung diperbaiki. Kami ragu, apakah protes yang ditujukan
pada pemerintah Banten ini akan sampai pada orang yang dituju, mengingat
Gubernur Banten saat ini tengah diistirahatkan KPK.
Tiba di sebuah kompleks
Kondominium di pantai Carita, ketua panitia, Pak Dedy, membagikan kunci kamar.
Peserta pun kemudian istirahat. Ada yang duduk-duduk menikmati deburan ombak
pantai Carita sambil minum air kelapa muda, dan makan pisang goreng. Ada juga yang tidur.
Acara ramah tamah dilakukan malam
hari pukul 19.30 setelah shalat Isya. Seluruh peserta berkumpul di areal kolam
renang yang terletak di sisi kiri kondominium. Di meja telah tertata ikan
bakar, tumis cumi, sambel, lalapan dan buah ditambah es kelapa muda. Semua
peserta makan malam bersama.
Live musik juga disajikan lengkap
dengan penyanyinya. Setelah sambutan dari Pak Ricky sebagai ketua MBC Bogor,
dan Pak Irian sebagai perwakilan MBC Jakarta, ada juga sambutan dari penasehat
MBC Bogor, Pak Aldi Sanusi. Setelah itu acara bebas diisi dengan sumbangan lagu
dari anggota MBC, ditingkahi dengan gelak tawa dan canda.
Pagi hari , mendung masih betah
bergantung di langit yang menaungi pantai Carita. Aku dan suami memutuskan
untuk melihat-lihat suasana sambil mencari sarapan bubur ayam di luar kompleks
kondominium. Dengan motor, kami menyusuri jalan melewati pangkalan perahu
nelayan yang berjejer di anak sungai yang surut airnya, lalu
pasar tradisional yang masih sepi, dan warung-warung yang masih tutup.
Sayang sekali belum ada warung yang buka. Kami mendapati sebuah kios
bertuliskan “ Sedia Bubur Ayam”, tapi kios itu tutup. Kami memutuskan berbalik
arah, namun tetap saja tidak menemukan penjual bubur ayam. Akhirnya kami
kembali ke kondominium.
Ketika akhirnya kami duduk
termangu di pinggir pantai, seorang Ibu membawa bakul datang menghampiri. Dia
menawarkan sarapan pagi berupa nasi
uduk, tempe goreng, bakwan, ubi, dan buras.
Alhamdulillah...lumayan juga.
Beberapa menit kemudian salah
satu warung gubuk di pinggir pantai dibuka. Kami lalu duduk sambil minum white
coffe. Sang Ibu warung juga menawarkan pisang tanduk goreng. Enak juga
menikmati kopi dan cemilan hangat sambil memandang ombak yang terhempas ke
pantai. Suara debur ombak terasa menetramkan hati.
Dikejauhan kami melihat teman-teman, Yung dan
Zaki, berlari membawa kasur angin menerjang ombak pantai. Lho kok kasur angin?
Buat apa ya? Ternyata mereka menggunakan kasur itu sebagai alas untuk tidur
tertelungkup lalu “melayang-layang” di atas ombak yang berkejaran seperti
layaknya peselancar. Namun tampaknya tak mudah berjuang menaiki kasur angin di atas
hempasan ombak. berkali-kali mereka terjungkal ke air, tapi wajah mereka tampak
begitu riang. Sesekali mereka berhasil mengatur posisi dengan tubuh terlengkup di atas kasur menikmati
ayunan ombak, tapi beberapa detik kemudian ketika ombak besar menyerbu, mereka
kembali terguling. Kami tertawa-tawa melihat aksi mereka.
Beberapa anggota MBC ikut bergabung
duduk di warung menikmati pisang goreng
dan minuman panas. Obrolan pun mengalir. Tentang perawatan motor besar, keunggulan
dan kelemahan beberapa jenis motor, kiat-kiat mengendarai motor besar di
kondisi jalan yang tidak bersahabat, hingga obrolan ringan seputar kegiatan
MBC. Selama obrolan berlangsung, silih berganti kami didatangi Ibu-ibu dan
bapak-bapak yang menawarkan jualannya. Mulai dari makanan seperti nasi uduk,
gorengan, buah manggis, emping, hingga ikan asin. Lalu ada juga yang menawarkan
udang dan cumi segar. Selain itu penjual sovenir seperti kaos, kain pantai dan
hiasan dari kerang dan keong juga ada. Bahkan ibu-ibu yang menawarkan pijat
punggung dan kaki juga tak mau kalah. Jadi
kalau ingin membeli oleh-oleh, cukup duduk saja di pantai, maka para penjual
itu akan berdatangan menawarkan dagangannya.
Produk unggulan daerah ini adalah
ikan asin dan emping. Ikan asin yang ditawarkan adalah jambal roti dan gabus.
Sebuah ikan asin jambal berukuran besar mula-mula ditawarkan seharga Rp.
50.000,. Tapi setelah ditawar-tawar lagi harganya bisa turun jadi Rp. 40.000-Rp.
30.000,-. Sedangkan ikan asin gabus ditawarkan seharga Rp. 20.000,-. Kalau
pintar menawar seperti Pak Iman yang gigih bernegosiasi, maka dengan uang Rp.
70.000, - dia bisa dapat ikan asin jambal roti berdaging tebal,
berlembar-lembar ikan asin gabus ditambah bonus 2 bungkus ikan asin kecil-kecil
yang tidak terlalu asin. Itu murah! Aku jadi ingat kalau belanja di tukang
sayur di kompleks rumahku, satu ekor ikan asin gabus harganya mencapai Rp
35.000,-.
Emping yang ditawarkan ada
berbagai ukuran, dari ukuran kecil, sedang dan besar. Uniknya si Ibu penjual
emping kecil tidak membawa timbangan karena dia menjualnya per keping. Untuk
emping yang kecil, si Ibu penjual menawarkan harga Rp. 20.000,- untuk 100 buah
emping.Setelah tawar menawar, harganya bisa jadi Rp. 15.000,- per 100 keping
atau Rp. 30.000 per 200 keping. Ternyata 200 keping emping itu kalau ditimbang
beratnya lebih dari 1 kg. Harga yang demikian itu murah! Sayangnya aku tidak bisa beli banyak-banyak
karena akan repot membawanya pulang dengan motor.
Ketika jam menunjukan pukul 9.30
WIB, para biker bersiap-siap berangkat pulang. Untuk perjalanan pulang ini,
motor yang turun ke jalan ada 42
kendaraan, karena ada 2 motor yang harus diangkut dengan mobil storing akibat gangguan
teknis pada mesinnya.
Cuaca kali ini lebih bersahabat,
meskipun awan kelabu masih bernaung di langit, tapi matahari mulai menebar
cahayanya. Tepat jam 10, rombongan mulai menyusun barisan, mengambil posisi dan
mengatur jarak kendaraan. Di dahului oleh polisi pengawal, rombongan pun
bergerak pulang.
Tiba di depan alun-alun
Pandeglang, rombongan berhenti untuk makan siang bersama. Menunya nasi timbel, perkedel jagung, ayam
panggang, lalapan dan sambel. Setelah shalat dzuhur, kami melanjutkan
perjalanan ke Bogor. Alhamdulillah.. acara MBC Goes to Carita berlangsung
lancar dan menyenangkan.
Wow seruuuuuuuuuu....Love it!
ReplyDeletethanks ya
DeleteMantep mak touringnya, salam dari www.citeureup.net
ReplyDeleteterimakasih sudah berkunjung
Delete