Travelling to West Europe

Monday, January 20, 2014

MBC Goes to Carita


Curah hujan yang sangat  tinggi akhir-akhir ini tidak menyurutkan semangat jalan-jalan. Itulah yang aku rasakan. Aku dan suami, Sutedja Eddy Saputra memutuskan untuk bergabung di acara Motor Besar Club (MBC) Bogor bertema “ MBC Goes to Carita” tanggal 18-19 Januari 2014 lalu.

Beberapa hari sebelum berangkat, anggota MBC yang akan mengikuti touring ini  mentransfer sejumlah dana kepada panitia untuk biaya penginapan, makan, acara ramah-tamah, pengawalan dan penyediaan mobil storing. Hal ini diperlukan untuk menjamin kelancaran berlangsungnya touring.

Pada hari Sabtu 18 Januari 2014 jam 6.30 WIB, seluruh peserta berkumpul di Teras Yasmin, Bogor. Selain dari MBC Bogor, ada sekitar 10 anggota MBC Jakarta yang ikut bergabung. Jumlah peserta yang mendaftar  ada 50, tetapi yang hadir ada 44 motor besar dengan berbagai merk dan tipe. Namun jumlah ini termasuk besar untuk touring yang direncanakan dalam waktu singkat.

Setelah semua anggota berkumpul, Ketua MBC Bogor, Pak Ricky, memberikan pengarahan tentang safety riding dan mengingatkan para biker dalam mengendarai motor besarnya untuk tetap mematuhi peraturan lalu lintas. Beliau juga menyebutkan beberapa tempat dimana rombongan akan berhenti untuk beristirahat. Pengarahan ditutup dengan doa bersama memohon kelancaran dan perlindungan Tuhan.

Lalu para biker segera menyusun barisan, dan berangkat menuju pantai Carita. Dari Teras Yasmin- Bogor rombongan bergerak dengan rute menuju Dramaga, Cibungbulan, lalu berhenti di Leuwiliang untuk menikmati sarapan gratis dari Pak Iman, salah satu anggota MBC Bogor. Menunya nasi putih, tempe goreng, ayam goreng, sop hangat, sambal dan kerupuk.  Setelah ngobrol sebentar sambil minum kopi panas, rombongan kembali melanjutkan perjalanan.

Pemandangan indah disepanjang jalan berupa bukit-bukit hijau, persawahan yang ditata dengan sistem terasering, jurang, sungai dan pepohonan sangat memanjakan mata. Meskipun ada beberapa tempat yang dihiasi kabut tapi hal ini malah menambah kecantikan alam. Aku benar-benar menikmati setiap detik perjalanan, setiap kelokan jalan yang membuat tubuh kami mengikuti kemiringan kendaraan,  tanjakan dan turunan yang mengayun, dan hujan yang terus mengguyur mengantarkan udara  dingin dan suasana  syahdu. Sesekali ada juga “adegan” yang membuat jantung berdebar-debar. Misalnya saja tiba-tiba serombongan kerbau bertubuh gemuk dan berlumur lumpur  berjalan beriringan muncul dari belokan jalan. Untunglah peserta touring cukup cermat mengontrol laju kendaraan hingga tidak menabrak rombongan kerbau itu.

Setelah melewati Jasinga,  tiba di Rangkasbitung rombongan kembali berhenti untuk makan siang. Kali ini makan gratis juga, dijamu oleh Pak Didi, anggota MBC Serang. Menunya ayam goreng dan ikan pepes. Asyiik! Rasa persaudaraan antara anggota MBC seringkali diwujudkan dengan menjamu anggota yang sedang mengadakan touring.



 Setelah makan dan shalat Dzuhur, kami bergerak lagi menuju Pandeglang, Labuhan, dan  akhirnya tiba di Pantai Carita. Di jalur itu ada beberapa titik dimana kondisi jalan berlubang. Para biker harus berkonsentrasi penuh untuk menghindari jalan-jalan berlubang. Kecepatan dan jarak kendaraan pun diatur sedemikian rupa agar tetap aman meluncur di atas aspal yang basah dan licin akibat hujan yang turun terus menerus. Di jalan raya Labuhan dekat penginapan terdapat jalan yang berlubang-lubang. Di lubang yang tergenang air itu penduduk “menanam” pohon pisang yang ditempeli tulisan bernada protes menyuarakan jeritan hati rakyat Banten akan kondisi jalan yang buruk dan tidak kunjung diperbaiki. Kami ragu, apakah protes yang ditujukan pada pemerintah Banten ini akan sampai pada orang yang dituju, mengingat Gubernur Banten saat ini tengah diistirahatkan KPK.

Tiba di sebuah kompleks Kondominium di pantai Carita, ketua panitia, Pak Dedy, membagikan kunci kamar. Peserta pun kemudian istirahat. Ada yang duduk-duduk menikmati deburan ombak pantai Carita sambil minum air kelapa muda, dan makan pisang goreng.  Ada juga yang tidur.

Acara ramah tamah dilakukan malam hari pukul 19.30 setelah shalat Isya. Seluruh peserta berkumpul di areal kolam renang yang terletak di sisi kiri kondominium. Di meja telah tertata ikan bakar, tumis cumi, sambel, lalapan dan buah ditambah es kelapa muda. Semua peserta makan malam bersama.

Live musik juga disajikan lengkap dengan penyanyinya. Setelah sambutan dari Pak Ricky sebagai ketua MBC Bogor, dan Pak Irian sebagai perwakilan MBC Jakarta, ada juga sambutan dari penasehat MBC Bogor, Pak Aldi Sanusi. Setelah itu acara bebas diisi dengan sumbangan lagu dari anggota MBC, ditingkahi dengan gelak tawa dan canda.

Pagi hari , mendung masih betah bergantung di langit yang menaungi pantai Carita. Aku dan suami memutuskan untuk melihat-lihat suasana sambil mencari sarapan bubur ayam di luar kompleks kondominium. Dengan motor, kami menyusuri jalan melewati pangkalan perahu nelayan yang berjejer di anak sungai yang surut airnya,  lalu  pasar tradisional yang masih sepi, dan warung-warung yang masih tutup. Sayang sekali belum ada warung yang buka. Kami mendapati sebuah kios bertuliskan “ Sedia Bubur Ayam”, tapi kios itu tutup. Kami memutuskan berbalik arah, namun tetap saja tidak menemukan penjual bubur ayam. Akhirnya kami kembali ke kondominium.

Ketika akhirnya kami duduk termangu di pinggir pantai, seorang Ibu membawa bakul datang menghampiri. Dia menawarkan sarapan  pagi berupa nasi uduk, tempe goreng, bakwan, ubi, dan buras.  Alhamdulillah...lumayan juga.

Beberapa menit kemudian salah satu warung gubuk di pinggir pantai dibuka. Kami lalu duduk sambil minum white coffe. Sang Ibu warung juga menawarkan pisang tanduk goreng. Enak juga menikmati kopi dan cemilan hangat sambil memandang ombak yang terhempas ke pantai. Suara debur ombak terasa menetramkan hati.

 Dikejauhan kami melihat teman-teman, Yung dan Zaki, berlari membawa kasur angin menerjang ombak pantai. Lho kok kasur angin? Buat apa ya? Ternyata mereka menggunakan kasur itu sebagai alas untuk tidur tertelungkup lalu “melayang-layang” di atas ombak yang berkejaran seperti layaknya peselancar. Namun tampaknya tak mudah berjuang menaiki kasur angin di atas hempasan ombak. berkali-kali mereka terjungkal ke air, tapi wajah mereka tampak begitu riang. Sesekali mereka berhasil mengatur posisi  dengan tubuh terlengkup di atas kasur menikmati ayunan ombak, tapi beberapa detik kemudian ketika ombak besar menyerbu, mereka kembali terguling. Kami tertawa-tawa melihat aksi mereka.

Beberapa anggota MBC ikut bergabung duduk di warung  menikmati pisang goreng dan minuman panas. Obrolan pun mengalir. Tentang perawatan motor besar, keunggulan dan kelemahan beberapa jenis motor, kiat-kiat mengendarai motor besar di kondisi jalan yang tidak bersahabat, hingga obrolan ringan seputar kegiatan MBC. Selama obrolan berlangsung, silih berganti kami didatangi Ibu-ibu dan bapak-bapak yang menawarkan jualannya. Mulai dari makanan seperti nasi uduk, gorengan, buah manggis, emping, hingga ikan asin. Lalu ada juga yang menawarkan udang dan cumi segar. Selain itu penjual sovenir seperti kaos, kain pantai dan hiasan dari kerang dan keong juga ada. Bahkan ibu-ibu yang menawarkan pijat punggung dan kaki juga tak mau kalah.  Jadi kalau ingin membeli oleh-oleh, cukup duduk saja di pantai, maka para penjual itu akan berdatangan menawarkan dagangannya.

Produk unggulan daerah ini adalah ikan asin dan emping. Ikan asin yang ditawarkan adalah jambal roti dan gabus. Sebuah ikan asin jambal berukuran besar mula-mula ditawarkan seharga Rp. 50.000,. Tapi setelah ditawar-tawar lagi harganya bisa turun jadi Rp. 40.000-Rp. 30.000,-. Sedangkan ikan asin gabus ditawarkan seharga Rp. 20.000,-. Kalau pintar menawar seperti Pak Iman yang gigih bernegosiasi, maka dengan uang Rp. 70.000, - dia bisa dapat ikan asin jambal roti berdaging tebal, berlembar-lembar ikan asin gabus ditambah bonus 2 bungkus ikan asin kecil-kecil yang tidak terlalu asin. Itu murah! Aku jadi ingat kalau belanja di tukang sayur di kompleks rumahku, satu ekor ikan asin gabus harganya mencapai Rp 35.000,-.


Emping yang ditawarkan ada berbagai ukuran, dari ukuran kecil, sedang dan besar. Uniknya si Ibu penjual emping kecil tidak membawa timbangan karena dia menjualnya per keping. Untuk emping yang kecil, si Ibu penjual menawarkan harga Rp. 20.000,- untuk 100 buah emping.Setelah tawar menawar, harganya bisa jadi Rp. 15.000,- per 100 keping atau Rp. 30.000 per 200 keping. Ternyata 200 keping emping itu kalau ditimbang beratnya lebih dari 1 kg. Harga yang demikian itu murah!  Sayangnya aku tidak bisa beli banyak-banyak karena akan repot membawanya pulang dengan motor.

Ketika jam menunjukan pukul 9.30 WIB, para biker bersiap-siap berangkat pulang. Untuk perjalanan pulang ini, motor yang turun ke jalan  ada 42 kendaraan, karena ada 2 motor yang harus diangkut dengan mobil storing akibat gangguan teknis pada mesinnya.



Cuaca kali ini lebih bersahabat, meskipun awan kelabu masih bernaung di langit, tapi matahari mulai menebar cahayanya. Tepat jam 10, rombongan mulai menyusun barisan, mengambil posisi dan mengatur jarak kendaraan. Di dahului oleh polisi pengawal, rombongan pun bergerak pulang.



Tiba di depan alun-alun Pandeglang, rombongan berhenti untuk makan siang bersama.  Menunya nasi timbel, perkedel jagung, ayam panggang, lalapan dan sambel. Setelah shalat dzuhur, kami melanjutkan perjalanan ke Bogor. Alhamdulillah.. acara MBC Goes to Carita berlangsung lancar dan menyenangkan.


4 comments: